Konsultasi

Adab Berteman

Banyak dalil dalam Al-Qura��an dan As-Sunnah yang menjelaskan adab-adab berteman.
Diantaranya:

  1. Berteman hanya karena Allah
    Rasulullah berkata:
    a�?Tiga hal, jika ketiganya ada pada seseorang dia akan merasakan lezatnyaman: Allah dan rasul-Nya lebiha cintai dari selain keduanya, cinta kepada seseorang semata-mata hanya karena Allah, dan dia tidak senang kembali kepada kekufuran sebagaimana dia tidakngin dilemparkan ke dalam api.a�? (HR. Al-Bukhari dan Muslim))
  2. Memilih teman yang baik
    Telah kita sebutkan di awal pembahasan bahwa tidak semua orang bisa kita jadikan teman. Sehingga seorang muslim yangngin menyelamatkan agamanya hendaknya memilih teman yang baik.rrasulullah bersabda:
    a�?Seseorang ada di atas agama temannya, maka hendaknya salah seorang kalian meneliti siapa yang dijadikan sebagai temannya.a�? (HR. Ahmad dan Abu Dawud no. 4833, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 127)
  3. Menjaga kerukunan
    Rasulullah berpesan kepada Mua��adz dan Abu Musa :
    a�?Berilah kemudahan dan jangan membuat sulit orang lain, berilah kabar gembira yang membuat orang senang dan jangan membuat orang lari dari agama islam, serta hendaknya kalian rukun serta tidak berselisih.a�?
  4. Lemah lembut kepada teman
    Allah menjelaskan tentang sifat rasulullah dan orang-orang yang bersamanya:
    a�?Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.a�? (Al-Fath: 29)
    Rasulullah bersabda:
    a�?Sikap lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan memperindahnya dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya jelek.a�? (HR. Muslim)
  5. Sedang-sedang (tidak berlebihan) dalam mencintai teman
    Dari hadits Abu Hurairah rrrasulullah bersabda:
    a�?Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.a�? (HR. At-Tirmidzi no. 1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniahimahullah dalam Shahih Al-Jamia�� no. 178)
  6. Menerima kekurangan teman
    Rasulullah bersabda:
    a�?Janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Jika dia tidak senang satu akhlaknya niscaya dia akan senang dengan akhlaknya yang lain.a�?
    Asy-Syaikh Muhamad bin Shalih Al-UtsaiminahimahullahA� menyatakan, a�?Walaupun hadits ini berkaitan tentang suam istri, namun juga berlaku dalam adab berteman.a�? (Lihat Syarahiyadhush Shalihin))
  7. Jangan mencerca teman
    Mencerca teman mengesankan bahwa engkau tidak sabar dalam bersahabat dengannya. Tidak sepantasnya engkau mencerca temanmu dalam semua masalah, yang besar dan kecil. Bahkan tidak semua orang pantas untuk dicerca.
    Allah berfirman: a�?Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.a�? (Al-Hijr: 85)
    Dari Anas bin Malik : a�?Aku tidak pernah memegang dibaj (satu jenis sutera) yang lebih lembut dari tangan rasulullah. Aku telah menjadi pelayanrrasulullah selama sepuluh tahun. Tidak pernah sekalipun beliau berkata: a�?Ah.a�? Tidak pernah pula beliau berkata tentang apa yang kulakukan: a�?Kenapa kau lakukan?a�? dan tidak pernah pula ketika aku tidak melakukan sesuatu, beliau berkata: a�?Kenapa tidak kau lakukanni danni?a�? (HR. Al-Bukhari no. 3561 dan Muslim no. 2309)
    Al-Mawardi berkata, a�?Banyak mencerca adalah sebab putusnya hubungan persahabatan a��.a�? (Lihat Nia��matul Ukhuwah hal. 17-54)
READ MORE
Konsultasi

Ada Apa dengan Halal Haram

Para pembaca yang mulia, suatu hari terjadi sebuah dialog yang mengesankan antara Rasulullah r dengan para sahabatnya, sebagaimana penuturan sahabat Abu Hurairah t berikut,
a�?Rasulullah r berkata, a�?Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?a�� Para sahabat menjawab, a�?Setahu kami orang yang bangkrut itu adalah orang yang tak punya harta benda.a�� Maka Rasulullah n menjelaskan, a�?Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, namun dia juga membawa catatan dosa; mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, membunuh si ini, dan memukul si ini. Akhirnya, pahala kebaikan yang dimilikinya diberikan kepada masing-masing orang yang dijahatinya itu (sebagai balasannya). Manakala pahala kebaikannya itu tidak mencukupi untuk menebus dosa kejahatan yang dilakukannya, diambillah dosa-dosa orang yang dijahatinya itu dan ditimpakan kepadanya, lalu dia dilempar ke dalam nerakaa��.a�? (HR. Muslim no. 2581)
Sabda Rasulullah r,
a�?Akan datang kepada manusia suatu masa, yang ketika seseorang tidak lagi memedulikan sesuatu yang diraihnya, apakah dari hasil yang halal ataukah dari hasil yang haram.a�? (HR. al-Bukhari no. 2059, dari sahabat Abu Hurairah t)
Itulah salah satu potret buruk orang yang tak memedulikan halal dan haram dalamA�A�A�A�A�A�A�A�A�A�A�A� kehidupannya. Menghalalkan segala cara demi meloloskan kehendak hawa nafsunya. Terkadang dengan mencela orang lain, menuduhnya, memakan hartanya, memukulnya, bahkan membunuhnya. Akhirnya menjadi bangkrut dan merugi di akhirat walaupun dia datang dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat.
Menyikapi Isu Halal dan Haram

  1. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Semua ajaran dan aturannya telah tertata dengan sebaik-baiknya. Ada yang halal dan jelas kehalalannya, ada yang haram dan jelas keharamannya, dan ada pula yang syubhat (samar) hukumnya bagi sebagian manusia namun tidak syubhat (samar) bagi sebagian lainnya.
  2. Terhadap sesuatu yang telah jelas kehalalan dan keharamannya, setiap muslim dan muslimah harus mengikuti ketetapan yang ada dalam syariat ini.
  3. Adapun masalah yang syubhat (samar) dan menjadi pro-kontra di tengah umat, maka setiap muslim dan muslimah tidak boleh bermudah-mudahan mengatakan (secara dusta) bahwa ini halal dan ini haram, kemudian menyandarkannya kepada Allah I.
  4. Kita tidak boleh larut dengan isu halal dan haram tersebut, apalagi tergesa-gesa menyiarkannya tanpa tatsabbut (klarifikasi) dan bimbingan ulama.
  5. Mengembalikan masalah yang syubhat (samar) dan menjadi pro-kontra di tengah umat itu kepada para ulama mumpuni (ulil amri) dengan menanyakannya kepada mereka dan mengikuti bimbingan mereka dengan sebaik-baiknya.

a�?Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.a�? (an-Nahl:43)
Wallahu aa��lam bish-shawab

READ MORE
Chat bersama kami