Ikhlas dalam segala amalan, itulah yang diperintahkan kepada kita. Amalan yang tidak ikhlas, hanya sekedar cari pujian adalah amalan yang sia-sia. ini yang mesti diwaspadai karena dapat merusak amalan yang semula adalah baik. Jarang yang terlepas dari sifat gila pujian ini termasuk pula kita-kita ini. Padahal setiap ibadah haruslah ditujukan pada Allah, bukan untuk manusia. Itulah tanda ikhlas.
 
NabiA�Shallallahu a�?alaihi wa sallamA�bersabda tentang bahaya riyaa�� (gila pujian) bahwasanya amalan pelaku riyaa�� tidaklah dipedulikan oleh Allah. Dalam hadits qudsi disebutkan,

U�UZO�U�UZ O�U�U�UZU�U�U? O?UZO?UZO�O�UZU?UZ U?UZO?UZO?UZO�U�UZU� O?UZU�UZO� O?UZO?U�U�UZU� O�U�O?U?U�O�UZU?UZO�O?U? O?UZU�U? O�U�O?U?U�O�U�U?U? U�UZU�U� O?UZU�U?U�UZ O?UZU�UZU�O�U� O?UZO?U�O�UZU?UZ U?U?USU�U? U�UZO?U?U� O?UZUSU�O�U?U� O?UZO�UZU?U�O?U?U�U? U?UZO?U?O�U�U?UZU�U?

a�?Allah Tabaroka wa Taa��ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik.A�Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknyaa�? (HR. Muslim no. 2985). Imam NawawiA�rahimahullahA�menuturkan, a�?Amalan seseorang yang berbuat riyaa�� (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosaa�? (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).
 
Begitu pula peringatan keras bagi orang yang cuma mengharap dunia dalam amalannya, di antaranya adalah mengharap pujian manusia disebutkan dalam hadits berikut ini,

U�UZU�U� O?UZO?UZU�UZU�U�UZ O?U?U�U�U�U�O� U�U?U�UZU�O� USU?O?U�O?UZO?UZU� O?U?U�U? U?UZO�U�U�U? O�U�U�UZU�U�U? O?UZO?UZU� U?UZO�UZU�UZU� U�O�UZ USUZO?UZO?UZU�UZU�U�U?U�U? O?U?U�O�UZU� U�U?USU?O�U?USO?UZ O?U?U�U? O?UZO�UZO�U�O� U�U?U�UZ O�U�O?U?U�U�U�USUZO� U�UZU�U� USUZO�U?O?U� O?UZO�U�U?UZ O�U�U�O�UZU�UZU�O�U? USUZU?U�U�UZ O�U�U�U�U?USUZO�U�UZO�U?

a�?Barangsiapa yang menututA� ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, namunA�ia mempelajarinya hanya untuk meraih tujuan duniawi, maka ia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nantia�? (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits iniA�shahih).
 
Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan, a�?Tidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.a�?

Seperti kita ketahui bahwa air dan api tidak mungkin saling bersatu, bahkan keduanya pasti akan saling membinasakan. Demikianlah ikhlas dan pujian, sama sekali tidak akan menyatu. Mengharapkan pujian dari manusia dalam amalan pertanda tidak ikhlas.

Lihatlah bagaimana Ibnu Masa��ud, sahabat yang mulia, namun masih menganggap dirinya itu penuh a�?aib. Ibnu Masa��ud pernah berkata, a�?Jika kalian mengetahui a�?aibku, tentu tidak ada dua orang dari kalian yang akan mengikutikua�?.

Seorang hamba yang bertakwa tentu merasa dirinya biasa-biasa saja, penuh kekurangan, dan selalu merasa yang lain lebih baik darinya. Jika memiliki sifat mulia seperti ini, maka kita akan tidak gila pujian dan tidak sombong. Yang selalu diharap adalah wajah Allah dan kenikmatan bertemu dengan-Nya. Mengapa kita masih memiliki sifat untuk gila pujian dari manusia? Mengharap ridho Allah tentu lebih nikmat dari segalanya.

Ibnu a�?Ajibah rahimahullah mengatakan, a�?Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, a�?Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.a�? (Lihat Iqazh Al-Himam Syarh Matn Al-Hikam, Ibnu a�?Ajibah, hlm. 159, Mawqia�� Al-Qaraq, Asy-Syamilah)
 
Para ulama katakan, kalau ada yang memujimu, bacalah doa seperti berikut.
Ketika dipuji, Abu Bakr berdoa��a,

O�U�U�UZU�U�U?U�UZU� O?UZU�U�O?UZ O?UZO?U�U�UZU�U? U�U?U�U?U�U� O?U?U�UZU?U�O?U?U� U?UZO?UZU�UZO� O?UZO?U�U�UZU�U? O?U?U�UZU?U�O?U?U� U�U?U�U�U�U?U�U� O�U�U�UZU�U�U?U�UZU� O�O�U�O?UZU�U�U�U?U� O�UZUSU�O�U�O� U�U?U�UZU�O� USUZO?U?U�U?U�U?U�U�UZ U?UZO�O?U�U?U?O�U� U�U?U� U�UZO� U�O�UZ USUZO?U�U�UZU�U?U?U�U�UZ U?UZU�O�UZ O?U?O�UZO�O�U?O�U�U�U?U� O?U?U�UZO� USUZU�U?U?U�U�U?U?U�U�UZ

Allahumma anta aa��lamu minni bi nafsiy, wa anaa aa��lamu bi nafsii minhum. Allahummaj a�?alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa yaa��lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syua��abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaamia��ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)
Sebagaimana disebutkan Al Baihaqi dalam Syua��abul Iman, Al Auzaa��i mengatakan bahwa ketika seseorang dipuji oleh orang lain di hadapan wajahnya, maka hendaklah ia mengucapkan doa��a di atas.
Disebutkan pula oleh sebagian salaf bahwa jika seseorang dipuji di hadapannya, maka hendaklah ia bertaubat darinya dengan mengucapkan doa��a yang serupa. Hal ini disebutkan pula oleh Al Baihaqi dalam Syua��abul Iman.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah untuk selamatkan kita dari sifat gila pujian.
 
Sumber : rumaysho.com