Kematian Adalah Kepastian
Assalamua��alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillah, semoga Allah masih mempertemukan kita dalam keadaan sehat dan selalu memberikan keberkahan disisa umur kita. Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkhabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Taa��ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya. Allah Taa��ala telah berfirman.
A�a�?Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya pasti akan mendatangi kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah Taa��ala akan memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu kalian pernah kerjakan.a�? (QS. Al Jumua��ah : 8)
Saudaraku, kematian itu milik setiap manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi mana kah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya.
Saudaraku, silakan berlindung di tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Taa��ala sudah menetapkan. Allah Taa��ala berfirman,
a�?Dan dimanapun kalian berada, niscaya kematian itu akan mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung di balik benteng yang sangat kokoh.a�? (QS. An Nisa : 78)
Halaman Utama
a�?Seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di duniaa�� niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap insana�� Akan tetapi kenyataannya berbedaa�� setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupana��a�?
Faidah Mengingat Kematian
Rasulullah shallallahu a�?alaihi wa sallam bersabda, a�?Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan duniaa�?. Kemudian para shahabat bertanya. a�?Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?a�? Kemudian Rasulullah shallallahu a�?alaihi wa sallam menjawab, a�?Kematiana�? (HR. Al Baihaqi dalam Syua��abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)
Ad Daqaaq rahimahullahu mengatakan, a�?Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan, [1] bersegera dalam bertaubat, [2] giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah, [3] rasa qanaa��ah dalam hati (menerima setiap pemberian Allah)a�? (Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar)
Bersegera dalam Bertaubat
Sudah dapat dipastikan bahwa manusia adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa mengintai. Dia tidak ingin menghadap Allah Taa��ala dengan membawa setumpuk dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Taa��ala. Dia akan sesegera mungkin bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Taa��ala. Allah telah berfirman,
a�?Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya, kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksanaa�? (QS. An Nisa : 17)
Maksud dari berbuat keburukan karena kebodohan dalam ayat di atas, bukanlah kebodohan seorang yang tidak mengetahui sama sekali bahwa apa yang dia kerjakan merupakan sebuah keburukan. Orang yang berbuat buruk dan tidak mengetahui sama sekali tidak akan dihukum oleh Allah. Akan tetapi yang dimaksud kebodohan di sini adalah seseorang yang mengetahui bahwa apa yang dia lakukan adalah keburukan, namun dia tetap saja melakukannya lantaran dirinya dikuasai oleh hawa nafsu. Inilah makna kebodohan dalam ayat di atas. (Syarah Qowaidul Arbaa�� Syaikh Sholeh Fauzan).
Allah Taa��ala berfirman, a�?Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang ynag bertaqwaa�? (QS. Ali Imran : 133)
Giat dan Semangat dalam Beribadah kepada Allah
Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah Taa��ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu a�?alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu a�?anhuma, a�?Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang sedang menempuh perjalanan yang jauha�?, mendengar sabda Rasulullah shallallahu a�?alaihi wa sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, a�?Jika engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari, jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian datang menjemputmu.a�? (HR. Bukhari)
Rasa Qanaa��ah di Dalam Hati
Allah Taa��ala akan menanamkan rasa qanaa��ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa qanaa��ah yang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian Allah Taa��ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah. Suatu saat Nabi shallallahu a�?alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
a�?Kekasihku yakni Nabi shallallahu a�?alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan beliau memerintahkan aku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. a��a�? (HR. Ahmad. Syaikh Syua��aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Seseorang yang banyak mengingat kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Taa��ala atas seluruh pemberian tersebut. Nasa��alullaha al afiyah.