Menghilangkan Kegelisahan
Dunia yang fana ini, diwarnai dengan duka, nestapa dan keresahan. Manusia harus menapaki perjalanan terjal kehidupan dunia, sehingga penuh keluh, kesah dan resah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
(O?U?U�U�UZ O�U�O?U�U�O?UZO�U�UZ O�U?U�U?U�UZ U�UZU�U?U?O?U�O� (U?U�) O?U?O�UZO� U�UZO?U�UZU�U? O�U�O?U�UZO�U�U? O�UZO?U?U?O?U�O� (U?U�) U?UZO?U?O�UZO� U�UZO?U�UZU�U? O�U�U�O�UZUSU�O�U? U�UZU�U?U?O?U�O� (U?U?
a�?Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikira�? (QS. Al-Maa��arij 70/ : 19)
Perasaan resah dan khawatir memang sudah ada semenjak manusia ada. Ia sudah menjadi naluri setiap manusia. Namun tampaknya, sering dengan majunya teknologi, justru itu membuat grafik keresahan semakin meningkat. Terutama perasaan takut menyongsong masa depan yang tentunya masih kabur. Banyak manusia yang merasa pesimis dan takut akan masa depannya.
Itulah realita keadaan manusia. Rasa takut, resah, tidak bisa bersabar, tidak mau berbagi, memang melekat pada diri manusia. Dan manusia akan selalu dihantui oleh berbagai perasaan ini. Bahkan sebagai pelampiasannya, ada praktik-praktik yang diharamkan. Termasuk mendatangi para dukun, paranormal atau mempercayai ramalan zodiak, guna meraih ketenangan dan mengetahui nasib di masa depan. Wal a�?iyadzu billah. Namun bagi yang mau mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Taa��ala, ia tidak akan sengsara. Ia tidak akan larut dalam keresahan.
U?UZU�UZU�U? O�O?U�UZO?UZO?UZ U�U?O?UZO�USUZ U?UZU�UZO� USUZO�U?U�U�U? U?UZU�UZO� USUZO?U�U�UZU�
Lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka (QS. Thaha 20/ :123)
Sebenarnya, rasa gelisah dan khawatir yang sifatnya nalurilah ini, ada yang tergolong baik dan terpuji, ada pula yang tercela. Bila keresahan ini disebabkan hal-hal yang baik, maka inilah yang seharusnya hadir dalam diri seorang Muslim. Misalnya resah karena khawatir ada kewajiban yang belum ia menunaikan. Seperti halnya Rasulullah shallallahu a�?alaihi wa sallam yang pernah shalat Ashar, lalu bergegas-gegas sampai melangkahi orang-orang menuju kamar salah seorang istri Beliau shallallahu a�?alaihi wa sallam. Sampai-sampai orang-orang pun merasa takut dan khawatir melihat betapa Rasul terburu-buru. Hingga Beliau shallallahu a�?alaihi wa sallam keluar a�? menemui Sahabatnya yang terperanjat menyaksikan Rasul. Lalu Beliau shallallahu a�?alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): a�?Aku teringat ada emas pada kami, dan aku khawatir emas tersebut menghalangiku (dari bertawajjuh menghadap-Nya). Lalu akupun menyuruh untuk membahagiakannyaa�? (HR.Al-Bukhari)
Ataupun resah karena ada hak Allah Azza wa Jalla yang tidak ia jalankan dengan baik. Inipun keresahan yang positif. Termasuk juga resah karena khawatir, apakah amalan yang telah dilakukan diterima Allah Subhanahu wa Taa��ala ataukah tidak? Allah Subhanahu wa Taa��ala berfirman:
U?UZO�U�U�UZO�U?USU�UZ USU?O�U�O?U?U?U�UZ U�UZO� O?O?UZU?U�O� U?UZU�U?U�U?U?O?U?U�U?U�U� U?UZO�U?U�UZO�U? O?UZU�U�UZU�U?U�U� O?U?U�UZU�U� O�UZO?U�U?U�U?U�U� O�UZO�O�U?O?U?U?U�UZ
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (QS. Al-Mua��minun 23/ :60)
Mereka yang mendapat pujian Allah Azza wa Jalla ini, bukanlah orang yang bergelimang maksiat. Namun mereka adalah orang yang melakukan ketaatan, namun mereka khawatir kalau-kalau amalan mereka ditolak.
Adapun keresahan yang tercela adalah bila disebabkan urusan dunia dan kemaksiatan. Ia khawatir kalau rezekinya akan seret kalau banyak anak. Seolah ia tidak percaya bahwa Allah Subhanahu wa Taa��ala yang menanggung rezeki para hamba-Nya. Atau resah karena ada luapan nafsunya yang belum bisa ia wujudkan. Ini semua adalah keresahan yang tercela.
Ketika kesusahan menimpa Muslim, ia punya iman yang membuat dirinya berlaku tenang dan sabar. Dan hal terbesar yang ada pada dirinya adalah tauhid. Semakin kuat seorang hamba dalam mentauhidkan Allah Subhanahu wa Taa��ala, maka rasa aman dan nyaman dalam dirinya pun semakin besar.
Inipun bisa dilihat dari doa orang yang dikenai kesusahan. Begitu jelas tauhid tersurat kuat dalam doa tersebut.
O�U�U�U�UZU�U?U�U�UZ O�UZO�U�U�UZO?UZU?UZ O?UZO�U�O�U?U? U?UZU�UZO� O?UZU?U?U�U�U�U?US O?U?U�UZU� U�UZU?U�O?U?US O�UZO�U�U?UZO�UZ O?UZUSU�U�U? O?UZO�U�U�U?O�U� U�U?US O?UZO?U�U�U?US U?U?U�U�UZU�U? U�UZO� O?U?U�UZU�UZ O?U?U�U�UZO� O?UZU�U�O?UZ
a�?Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata dan perbaikilah seluruh urusanku. Tiada Ilah Yang berhak disembah selain Engkau.“ (HR. Abu Daud)
Inilah doa Nabi Yunus a�?alaihis sallam yang membuat beliau aman di dalam perut ikan di tengah kegelapan yang berlapis-lapis.
U�O�UZ O?U?U�UZU�UZ O?U?U�O�UZU� O?UZU�O?UZ O?U?O?U�O�UZO�U�UZU?UZ O?U?U�U?U�US U?U?U�U�O?U? U�U?U�UZ O�U�O?UZU�O�U�U?U�U?USU�UZ
Tisak ada Ilah yang berhak disembah diibadahi dengan benar kecuali Engkau. Sesunggunya aku termasuk orang yang zhalim.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata,
a�?Barangsiapa meneguhkan hatinya pada Rabbnya, ia akan tenang dan merasa nyaman. Namun barangsiapa melepaskan hatinya mengharap pada manusia, ia pun akan merasa galau dan dirundung kecemasan.a�?
Iman kepada qadha dan qadar juga menghapuskan keresahan dan memupuk sikap optimis. Bila seseorang telah yakin bahwa apa yang telah Allah Azza wa Jalla tentukan pasti terjadi, lalu untuk apa kita didera resah? Dengan demikian kita tidak larut di bawa suasana.
Tidak tertawan menuruti dunia, inipun juga obat menghilangkan keresahan. Orientasi terbesar seorang Muslim adalah kebahagiannya di akhirat. Dunia bukanlah obsesinya dan bukan prioritas utamanya. Rasulullah shallallahu a�?alaihi wa sallam bersabda:
a�?Barangsiapa yang obsesinya adalah akhirat, Allah pasti akan menjadikan kekayaannya ada di hatinya, Allah akan menghimpunkan urusannya yang berserak, dan dunia pun akan mendatanginya dengan hina. Sedangkan orang yang dunia menjadi obsesinya, Allah Azza wa Jalla jadikan kefakiran di depan matanya, Allah ceraikan urusannya, dan duniapun tidak datang kecuali apa yang telah ditakdirkan untuknya.a�? (HR. At-Tirmidzi).
Diantara piranti utama dalam menghilangkan keresahan yaitu dzikir dan shalat. Dengan shalat yang khusyuk, seseorang akan menemukan kesejukan hati. Rasul shallallahu a�?alaihi wa sallam telah menjadi tauladan istimewa dalam hal ini. Beliau shallallahu a�?alaihi wa sallam mengatakan:
U?UZO�U?O?U?U�UZO?U� U�U?O�U�UZO�U? O?UZUSU�U�U?US U?U?US O�U�O�U�UZU�UZO�O�U?
a�?Dan dijadikan kesejukan pandanganku ada di dalam shalata�?. (HR. An-Nasa-i, Ahmad)
Dan bila ditimpa hal berat, Nabi shallallahu a�?alaihi wa sallam bergegas untuk shalat. Ini merupakan terapi yang begitu agung. Karena Allah Azza wa Jalla tak akan meninggalkan hamba-Nya bila ia mau tetap bersimpuh dan berlindung kepada-Nya.
Juga menambahnya dengan amalan-amalan sunnah, dengan shalat malam, bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla , menumpahkan segala keluh kesah kepada-Nya, ini semua akan membuahkan manisnya hati dan semakin menambah keimanan. Segala yang menimpa pun telah diketahuinya, bahwa itu semua telah tertulis di sisi Allah Azza wa Jalla . Sehingga keresahan hati pun menjadi hilang.
Begitu pula dengan dzikir. Ia akan membuat hati menjadi tentram dan nyaman. Hidupnya hati adalah dengan berdzikir kepada Allah Azza waA� Jalla . Hatinya ia tautkan kepada Allah. Dengan dzikir hatipun menjadi tenang, dada yang takut menjadi nyaman. Bagaimana tidak, sedangkan hatinya bertaut pada Penciptanya, merasa aman di bawah lindungan-Nya. Keresahan pun enyah dari hatinya. Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : a�?Dan kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu diantara orang-orang yang bersujud (shalat)a�? (QS. Al-Hijr 15/ :97-98)
Semoga kita semua bisa meniti jalan yang diridhai Allah, sehingga obsesi hati kita pun hanya kepada Allah Taa��ala semata. Dan kala itu, hilanglah segala resah dan gundah.
Sumber:A�Majalah As-Sunnah 06, 1437H/ 2016M